Pengangguran Friksional : Penyebab, Contoh dan Cara Mengatasinya

Sandi Ma'ruf

Pengangguran friksional merupakan jenis pengangguran yang tidak terlalu bahaya bagi ekonomi negara.

Pasalnya, pengangguran friksional termasuk pengangguran yang alami dan bisa dialami oleh negara manapun baik maju maupun berkembang.

Terkadang, orang yang menyandang status sebagai pengangguran friksional merupakan orang yang memiliki skill, namun karena tidak cocok dengan tempat kerjanya, mereka memutuskan keluar dan mencari pekerjaan lain.

Biasanya, mereka juga telah memiliki pandangan ke depan dan besar kemungkinan untuk diterima bekerja di tempat lain.

Artinya, penyebab pengangguran friksional diantaranya adalah keinginan pribadi.

Jadi masa waktu penundaan bekerja ini dianggap sebagai pengangguran friksional.

Pengertian Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional adalah pengangguran normal yang statusnya hanya menganggur sementara.

Jenis pengangguran ini biasa terjadi pada lulusan sekolah/kuliah, karena mereka sedang melamar.

Pengangguran friksional juga disebut pengangguran alamiah, dimana tenaga kerja masih tetap mencari pekerjaan karena masih mampu dan memiliki keterampilan.

Cara menghitung tingkat pengangguran friksional adalah pekerja aktif yang mencari kerja – total angkatan kerja.

Baca juga : Pengangguran Struktural: Pengertian, Contoh dan Cara Mengatasinya

Contoh Pengangguran Friksional

  1. Resign dari kantor

Penyebab seorang resign dari kantor sangat banyak, diantaranya gaji tidak sesuai, lingkungan kerja tidak mendukung dan perusahaan tidak berkembang.

Karyawan yang resign ingin mendapatkan hal yang lebih layak di perusahaan lain, sehingga memutuskan keluar dari perusahaan sebelumnya.

  1. Lapangan kerja sangat terbatas

Saat ini pendidikan dan ilmu pengetahuan baru terus bermunculan, namun tidak seimbang dengan pertumbuhan industri dan lapangan pekerjaannya.

Misalnya lulusan sosiologi, lulusan psikologi, dimana tempat untuk bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya sangat terbatas.

  1. Lulusan baru / fresh graduate

Hampir semua siswa yang baru lulus sekolah atau kuliah tentunya melamar pekerjaan. Sayangnya, dengan lulusan baru, pasti sangat minim pengalaman.

Sehingga sulit memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan oleh perusahaan.

  1. Perubahan konsumsi masyarakat

Seorang yang bekerja di perusahaan berbasis produk jadi, berpotensi untuk berhenti karena perubahan konsumsi masyarakat.

Contohnya, karyawan perusahaan produsen teknologi tape recorder akan habis, dikarenakan sudah tersedia teknologi baru yaitu smartphone dan laptop.

Mereka perlu pindah pekerjaan, ke perusahaan teknologi yang baru.

  1. Jenis pekerjaan yang tidak sesuai zaman

Saat ini sudah sangat berkurang, pengguna transportasi umum dan tradisional seperti becak, bus, angkot. 

Pasalnya kebanyakan orang sudah punya kendaraan pribadi, juga karena hadirnya teknologi ojek online dsb.

Sehingga profesi di bidang transportasi umum yang konvensional dan tidak mengikuti perkembangan zaman akan semakin tergerus dan mendekati punah.

  1. Kena PHK

Pemutusan hubungan kerja bisa membuat tenaga kerja menganggur. Apalagi jika belum mendapatkan pekerjaan baru, akan menambah deretan tenaga kerja dengan status pengangguran friksional.

Baca juga : Pengangguran Terselubung: Contoh, Dampak dan Cara Mengatasi

Apa Dampak Pengangguran Friksional Bagi Industri?

Dampak Positif Pengangguran Friksional

  1. Tersedia Tenaga Kerja Berkualitas

Bagi pekerja yang resign dari perusahaan sebelumnya, tentu menjadi peluang baik bagi perusahaan lain, karena bisa mempekerjakan karyawan berkualitas.

  1. Variasi Pekerja

Pihak perusahaan lebih bebas mencari tenaga kerja baru, karena masih banyak tenaga kerja yang tersedia.

Dampak Negatif Pengangguran Friksional

  1. Produktivitas Menurun

Orang yang dalam status pengangguran friksional tentu sedang tidak bekerja, sehingga tingkat produktivitas menurun.

  1. Ancaman Ekonomi

Meski pengangguran friksional bersifat sementara, namun jika lebih banyak orang yang menyandang status ini, akan membahayakan ekonomi.

Pasalnya, tenaga kerja yang menganggur otomatis tidak menghasilkan produk apapun yang bermanfaat untuk roda perekonomian.

Baca juga : Pengangguran Konjungtural : Pengertian, Contoh, Cara Mengatasi

Penyebab Pengangguran Friksional

  1. Kurang Tersedia Lapangan Kerja

Setiap tahun setiap universitas, sekolah menengah atas dan sekolah kejuruan menghasilkan ratusan ribu lulusan.

Lulusan tersebut sudah bisa dianggap sebagai tenaga kerja, namun lowongan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan lulusan di atas.

Akibatnya terjadi pengangguran friksional. 

  1. Tidak Seimbang Antara Beban Kerja dengan Penghasilan

Banyak karyawan yang memutuskan untuk resign, karena merasa tidak sesuai gaji dengan beban kerja yang diterima.

Hal ini tidak saja dialami oleh yang gajinya kecil, namun juga pada karyawan yang memiliki gaji besar. Gaji besar biasanya berbanding lurus dengan tingkat risiko yang semakin besar. 

Jika karyawan tidak segera mendapat pekerjaan baru, maka dinamakan pengangguran friksional.

  1. Digantung HRD

Bagi lulusan baru atau fresh graduate pasti sering mengalami pengumuman kelulusan yang lama, saat melamar di suatu perusahaan. 

Sehingga statusnya tidak jelas dan calon karyawan belum bisa bekerja.

Hal ini biasanya disebabkan pihak internal perusahaan melalui HRD yang belum memutuskan.

Maka disarankan untuk melamar pada instansi yang memiliki jadwal perekrutan yang jelas.

  1. Menurunnya Permintaan Pasar Terhadap Suatu Produk

Dahulu, orang-orang menggunakan transportasi umum, karena kendaraan pribadi sangat mahal harganya.

Namun saat ini hampir setiap orang punya kendaraan sendiri, sehingga banyak perusahaan  transportasi umum swasta yang gulung tikar.

Sehingga karyawannya terpaksa harus diberhentikan dan menciptakan pengangguran baru.

  1. Peluang Lowongan Kerja Tidak Merata

Saat ini daerah yang membuka lapangan kerja terbesar, hanya terbatas dari daerah kota saja. 

Ekonomi yang belum merata, yang membuat tingkat ekonomi di desa dan di kota sangat timpang.

Baca juga :

Cara Mengatasi Pengangguran Friksional

Bagi Pemerintah

  1. Pemerataan Pembangunan Ekonomi

Saat ini pembangunan industri kebanyakan berlokasi di sekitaran kota-kota besar saja. Hal ini bisa dilihat, pada perilaku masyarakat yang cenderung merantau ke kota.

Sehingga perlu adanya pemerataan industri hingga ke desa. Supaya tenaga kerja di desa tetap bisa mendapatkan pekerjaan, tanpa perlu merantau.

  1. Menyediakan Akses Informasi Yang Mudah

Meski variasi pekerjaan sudah sangat banyak, namun belum semua orang mengetahui tentang peluang pekerjaan ini.

Sebut saja profesi programing, content creator, data analyst dan designer. 

Supaya orang-orang bisa mengetahui dan belajar, maka dibutuhkan akses informasi yang mudah. 

Contohnya bisa berupa jaringan internet stabil, murah dan kencang di semua daerah.

Sehingga orang bisa dengan mudah mencari tipe pekerjaan baru yang bisa dilakukan, meski masih minim keterampilan.

  1. Pembuatan Platform Edukasi

Pemerintah bisa mengalokasikan dana bantuan menjadi hal yang lebih produktif, misalnya akses pelatihan keterampilan secara gratis.

Jadi alih-alih membantu masyarakat, melalui bantuan sembako dan hal barang lain, bisa mempertimbangkan menciptakan platform edukasi tentang pekerjaan.

  1. Mutu Pendidikan Bersifat Kemampuan Khusus

Pendidikan keterampilan dan kemampuan khusus saat ini hanya bisa dipelajari pada tingkat SMK dan perguruan tinggi saja.

Untuk mengatasi pengangguran friksional, bisa menambah bidang pendidikan khusus yang lebih banyak dan lebih awal.

Supaya lebih mudah bagi calon tenaga kerja mempersiapkan diri untuk menguasai kemampuan khusus.

Bagi Calon Tenaga Kerja

  1. Manfaatkan platform media sosial untuk mencari pekerjaan.
  2. Meningkatkan kemampuan melalui Youtube atau kursus secara langsung dengan profesional.
  3. Memanfaatkan kemampuan dasar di bidang digital mencari pekerjaan freelance.
  4. Membuka usaha sendiri dengan jenis usaha modal kecil.
  5. Kuatkan mental untuk bekerja di perusahaan apapun.

Bagikan:

Sandi Ma'ruf

Tertarik dengan dunia keuangan. Sebagai kontributor di AKL. Lulusan Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung.

Leave a Comment