13 Teori Perdagangan Internasional Klasik dan Modern Menurut Para Ahli

Sandi Ma'ruf

Teori Perdagangan Internasional
Klasik dan Modern

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

[su_box title=”Tahukah kamu?” box_color=”#ff4077″] Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar individu, antar korporasi, bahkan antar negara.

Transaksi yang dilakukan melalui perdagangan internasional akan berdampak positif terhadap perekonomian suatu negara, yakni mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi dan kehadiran perusahaan multinasional.

Terjadinya perdagangan internasional ini merupakan sifat naluriyah manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

Perdagangan internasional selalu mengalami perkembangan serta kompleks dalam mengikuti kemajuan zaman dan peradaman manusia.

Dengan perdagangan internasional akan dapat membuka tingkat persaingan global yang lebih luas. Oleh karena itu, kondisi ini yang kemudian memunculkan teori-teori penyebab terjadinya perdagangan internasional.

Saat ini, Kami akan menjelaskan Teori perdagangan internasional dan contohnya yaitu teori perdagangan internasionl klasik dan modern.

Teori Perdagangan Internasional Klasik

Teori perdangan internasional klasik adalah teori yang berdasarkan pada kekayaan negara akibat kepemilikan sumber daya alam yang dimiliki, atau dihitung dari jumlah ekspor yang lebih banyak daripada impor.

Baca : Komponen Neraca Pembayaran Internasional 

1. Teori Keunggulan Absolut/Absolute Advantage (Adam Smith)

Teori Keunggulan Absolut (Absolute Advantage) menjadi teori perdagangan internasional yang paling dikenal. Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith yang memfokuskan keunggulan mutlak.

Teori ini menyatakan bahwa keunggulan mutak merupakan keunggulan yang didapatkan oleh sebuah negara karena berhasil membuat biaya produksi barang dengan harga yang lebih murah dari pada negara lain.

Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis yang sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara, maka tidak ada alasan untuk melakukan dan melangsungkan perdagangan internasional.

Contoh Teori Perdangan Internasional Keunggulan Absolut

Indonesia memiliki keunggulan dalam memproduksi “kain” yang lebih murah dari pada negara China. Sedangkan China memiliki keunggulan dalam memproduksi “Televisi” dengan biaya yang lebih murah dibandingkan Indonesia.

Artinya kedua negara tersebut memiliki keunggulan mutlak terhadap komoditas berbeda. Hal inilah yang dapat memicu perdagangan internasional antar negara melalui dua komoditas tersebut.

Indoensia dapat menjual “kain” kepada China, dan sebaliknya China dapat menjual produk “Televisi” kepada Indonesia.

2. Teori Merkantilisme

Teori merkantilisme adalah teori yang menerapkan pembatasan impor dan memperbanyak ekspor. Teori merkantilisme termasuk teori perdagangan internasional tertua.

Berawal dari tahun 1500 an pada saat banyak negara baru yang bangkit untuk memperkuat negara mereka.

Praktek teori merkantilisme adalah melakukan kerjasama dengan negara luar untuk mengontrol perdagangan sehingga memperluas kekayaan mereka.

3. Teori Leontief Paradox

Teori Leontief Paradox adalah teori yang berdasar pada penelitian seorang Amerika kelahiran Rusia Wassily W. Leontie.

Penemuannya sangat istimewa, sebabnya berbandingan terbalik dengan teori proporsi faktor.

Pada saat itu Amerika Serikat berlimpah modal, namun penelitiannya menunjukkan bahwa Amerika Serikat justru mengimpor barang padat modal.

Padahal menurut teori proporsi faktor, Amerika seharusnya banyak mengimpor barang padat karya.

Baca : 10 Alat dan Cara Pembayaran Internasional (Tunai, Open Account)

4. Teori Keunggulan Komparatif/Comparative Advantage (David Ricardo)

Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) dikemukakan oleh David Ricardo yang memfokuskan keunggulan komparatif.

Konsep pada teori ini mungkin dapat dikatakan konsep yang paling penting sampai saat ini dalam perdagangan internasional.

Teori ini menyatakan bahwa meskipun suatu negara tidak memiliki keunggulan mutlak dalam memproduksi barang tertentu, namun perdagangan internasional yang saling menguntungkan masih dapat terjadi.

Hal ini dengan syarat bahwa negara tersebut melakukan spesialisai produk terhadap barang yang memiliki biaya relatif lebih kecil dari negara lain.

Dasar konsep pada teori yang dikemukakan David Ricardo ini tidak begitu berbeda dengan teori Adam Smith dalam munculnya perdagangan internasional.

Perbedaannya hanya terletak pada pengukuran terhadap keunggulan suatu negara, yaitu perbedaan komparatif dalam biaya dan bukan pada perbedaan absolunya.

Contoh Teori Keunggulan Absolut

Dalam produksi gula dan kain sutra, Indonesia hanya membutuhkan 3 hari untuk memproduksi 1 kg gula dan 4 hari untuk memproduksi 1 meter kain sutra.

Namun, Amerika membutuhkan 6 hari dalam produksi 1 kg gula dan 5 hari dalam produksi kain sutra.

Jika dihitung, maka besarnya comparative cost adalah 3/6 untuk gula lebih kecil dibadingkan 4/6 untuk kain sutra.

Kondisi ini tentunya Amerika akan berspesialisasi dalam produksi “gula” dibandingkan produksi “kain sutra”.

5. Teori Permintaan Timbal Balik/Reciprocal Demand (John Stuart Mill)

Teori Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand) dikemukakan oleh John Stuart Mill dimana sebuah pengembangan dan kelanjutan dari teori David Ricardo.

Teori ini mencari titik keseimbangan antara pertukaran barang antar dua negara dengan menentukan Dasar Tukar Dalam Negeri.

Teori ini mengedapankan keseimbangan permintaan dan penawaran, karena permintaan dan penawaran merupakan faktor penentu untuk berapa banyak jumlah barang yang diimpor dan diekspor.

Teori ini menyimpulkan bahwa perdagangan internasional dapat bermanfaat bagi kedua negara jika terdapat perbedaan antar negara dalam rasio produksi dan konsumsi.

Selain itu, jika jumlah yang dibutuhkan untuk memproduksi barang ekspor lebih kecil dibandingkan produksi barang impor, maka secara otomatis negara mendapatkan manfaat dalam perdagangan internasional yang dilakukan.

Teori Perdagangan Internasional Modern

Teori perdagangan modern adalah teori yang selalu mengikuti perubahan zaman. Teori perdangangan modern memasukkan faktor lain seperti loyalitas merek dan pelanggan, teknologi, dan kualitas, ke dalam pemahaman arus perdagangan.

1. Teori Heckser-Ohlin/H-O (Eli Heckser & Beril Ohlin)

Teori Heckser-Ohlin (H-O) muncul untuk menjelaskan mengenai perdagangan internasional yang belum sempat dijelaskan oleh David Ricardo.

Teori ini dikemukakan oleh Eli Heckscher dan muridnya Bertil Ohlin yang dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian.

Teori ini dikenal dengan “The Proportional Factor Theory” yang berpendapat bahwa pola perdagangan internasional ditentukan oleh faktor pendukung, dimana negara dengan faktor produksi relatif tinggi dan murah dalam biaya produksi akan melakukan spesialisasi produk untuk melakukan ekspor.

Sebaliknya, negara dengan faktor produksi relatif langka dan mahal dalam biaya produksi akan melakukan impor.

2. Teori Kesamaan Negara (Country Similarity Theory)

Teori kesamaan negara adalah teori perdagangan Internasional yang ditemukan oleh Ekonom Swedia Steffan Linder pada tahun 1961.

Teori kesamaan negara adalah teori yang beranggapan bahwa kriteria konsumen di negara yang pendapatan perkapitanya sama, sedang tahap perkembangan yang sama, akan mempunyai keinginan yang sama.

Perusahaan yang bisa sukses memasarkan barang di domestik mereka, maka barang tersebut bisa sukses jika di ekspor ke negara lain yang pasarnya terlihat mirip.

Baca : Pengertian Dumping Dalam Perdagangan Internasional

3. Teori Keunggulan Kompetitif Nasional Porter

Teori ini dikembangkan leh Michael Porter dari Harvard Business School pada tahun 1990 an.

Teori ini menyatakan bahwa daya saing suatu bangsa adalah tergantung dari kemampuan industri dalam inovasi yang selalu ada peningkatan.

Yang jadi pertanyaan, apakah yang menyebabkan suatu negara mempunyai keunggulan pada industri tertentu saja.

Penjelasan Teori Keunggulan Kompetitif Nasional Porter adalah ada empat determinan yang berhubungan yaitu:

  1. sumberdaya dan kapabilitas pasar lokal
  2. kondisi permintaan di pasar lokal
  3. pemasok lokal dan industri pelengkap
  4. karakteristik perusahaan lokal.

4. Teori Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle Theory)

Teori siklus hidup produk ditemukan pada tahun 1960, oleh Raymond Vernon, seorang profesor Harvard Business School.

Teori ini mengemukakan bahwa ada 3 sikus produk yaitu (1) produk baru, (2) produk matang, dan (3) produk standar.

Contoh teori ini bisa kita lihat pada perkembangan teknologi komputer. Komputer merupakan produk baru pada tahun 1970, kemudian menjadi produk matang pada tahun 1980-1990.

Saat ini komputer sudah menjadi barang standar.

Teori siklus produk menganggap bahwa produksi produk baru, akan terjadi di negara tempat inovasinya.

Namun saat ini komputer sudah di produksi di banyak negara di Asia seperti, China, India.

Sehingga teori siklus produk kurang mampu untuk menjelaskan perdagangan yang terjadi saat ini.

5. Kesamaan Harga Faktor Produksi (Stolper-Samuelson)

Kesamaan Harga Faktor Produksi dikemukakan oleh Stolper-Samuelson dalam teori perdagangan internasional. Teori ini mendeskripsikan hubungan harga relatif barang dengan perolehan faktor relatif, seperti gaji dan pendapatan modal.

Arti penting dari teori ini didasarkan pada fakta bahwa kesamaan pembelian faktor rill antar kedua negara adalah penting. Kondisi pareto optimal untuk alokasi yang efisien dari sumberdaya dunia.

Bahwa sumberdaya alokasi yang efisien pada kondisi ekonomi tertutup membutuhkan unit yang sama dari faktor homogen yang sama untuk memperoleh hasil yang sama.

Efisiensi alokasi sumberdaya dalam ekonomi dunia memerlukan kesamaan harga faktor yang lengkap.

Pada kenyataannya harga faktor tidak sama antar bangsa. Upah untuk membuat sepatu, membuat pakaian, pemotong rumput tidak sama di Indonesia dengan Amerika. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan skill (Human Capital).

Teori ini menekankan bahwa perdagangan bebas saling menggantikan (sekalipun tidak sempurna) untuk perpindahan faktor antar negara, dan menjelaskan dampaknya terhadap harga faktor produksi.

Inti dari teori ini adalah perdagangan bebas (perdagangan internasional) mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama diberbagai negara.

6. Teori Ribczynski

Teori Ribczynski merupakan fungsi dasar dari model H-O. Ketika koefisien produksi tetap dan penawaran faktor-faktor produksi dalam kondisi full employment maka penambahan pada salah satu faktor produksi akan meningkatkan faktor output pada komoditi yang faktor produksinya, ditambah secara intensif sehingga mengurangi output komoditi yang lain.

Contoh Teori Ribczynski

Contoh; Jika kebutuhan tenaga kerja, modal untuk produksi A dan B tetap maka dengan adanya penambahan penawaran tenaga kerja akan meningkatkan output A (padat karya) dan menurunkan output B.

7. Kurva Tawar Menawar/Offer Curve (Marshall & Edgeworth)

Konsep kurva tawar menawar (offer curve) pertama kali dirumuskan dan diperkenalkan dalam ekonomi internasional oleh Marshall dan Edgeworth, yang merupakan ekonom terkemuka dari Inggris yang aktif dalam akademisi pada abad ini.

Pada dasarnya kurva tawar menawar (offer curve) suatu negara memperlihatkan seberapa banyak suatu negara bersedia menyediakan komoditi ekspornya untuk memperoleh komoditi impor dalam jumlah tertentu.

Dengan kata lain, bahwa kurva tawar menawar (offer curve) dari suatu negara memperlihatkan sejauh mana ketersediaan negara itu mengimpor dan mengekspor pada berbagai tingkat harga relatif yang tengah berlaku.

Baca: Hambatan dalam perdagangan internasional

8. Teori Biaya Oportunitas

Teori Biaya Oportunitas juga penting untuk melihat seberapa jauh kita dapat berharap untuk mencapai efisiensi dunia (jika menghambat perpindahan faktor) melalui perdagangan bagi negara bebas, bantuan teknis dan aliran modal melalui bantuan luar negeri.

Teori ini dikemukakan oleh Salvatore yang mengungkapkan bahwa biaya sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumberdaya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama.

Dalam teori ini tidak diasumsikan bahwa biaya atau harga sebuah komoditi satu-satunya tergantung pada atau dapat dinilai dari jumlah tenaga kerjanya.

Konsekuensinya, negara yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi sebuah komoditi akan memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (dan memiliki kerugian komparatif dalam komoditi keduanya).

Demikian penjelasan sebuah wawasan tentang teori klasik dan modern dalam perdagangan internasional.

Patut kita perhatikan bahwa perdagangan internasional dapat memberi manfaat yang besar untuk memenuhi kebutuhan setiap negara di dunia.

Semoga arikel ini dapat memberikan, menambah dan meningkatkan wawasan anda dalam dunia ekonomi.

Manakah teori perdagangan yang sering digunakan saat ini?

Kumpulan teori di atas sangat penting untuk lebih memahami kondisi, mengatur, mengelola perdagangan internasional.

Dari sekian banyak teori di atas, pada kenyataannya sering bertentangan dengan dunia nyata.

Sebabnya, tidak semua negara punya alat produksi, jasa dan bahan produksi yang cukup.

Contohnya di Amerika, dengan keunggulan dari segi modal, lahan yang potensial membuat Amerika Serikat menjadi negara yang terkaya di dunia. Amerika juga sering mengimpor barang dan jasa dari negara lain karena dianggap lebih murah.

Kesimpulannya, tidak ada teori perdagangan internasional yang paling dominan.

Karena setiap teori perdagangan bisa dikombinasikan untuk mendapatkan strategi yang paling bagus dan menguntungkan.

Perbedaan Teori Klasik dan Teori Modern

Teori modern menjelaskan perubahan pola dari waktu ke waktu sedangkan teori klasik bersifat statis.

Bagikan:

Sandi Ma'ruf

Tertarik dengan dunia keuangan. Sebagai kontributor di AKL. Lulusan Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung.