Pengendalian Sosial: Pengertian, Fungsi dan Contoh Pengendalian Sosial di Masyarakat

Sandi Ma'ruf

Pengendalian sosial dalam masyarakat perlu dilakukan untuk bisa mengatur masyarakat supaya tercipta sebuah kehidupan yang aman dan tentram.

Walaupun masyarakat memiliki pilihan sendiri untuk menjalani hidupnya, tetapi tentu saja kebebasan tersebut memiliki batasan-batasan.

Pengendalian sosial bisa diberikan kepada siapa saja dan mulai dikenalkan oleh keluarga sejak anak masih kecil.

Hal tersebut perlu dilakukan agar anak bisa mengerti dan sudah terbiasa untuk mengikuti norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Orang-orang yang bisa berpikir rasional akan berusaha untuk menjauhi perilaku menyimpang.

Pengertian Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial adalah usaha yang dilakukan masyarakat untuk mencegah adanya penyimpangan sosial yang terjadi di lingkungan.

Masyarakat akan mengajak setiap orang untuk memiliki perilaku dan sikap yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Pengendalian sosial merupakan proses yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dengan berbagai cara agar setiap masyarakat bisa bertingkah laku dengan baik.

Tujuan dari pengendalian sosial yaitu untuk menjaga dan menciptakan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat. Upaya pengendalian serta pengawasan yang dilakukan akan membuat masyarakat lebih teratur.

Baca juga: Perbedaan Nilai Sosial Nilai Moral

Cara Pengendalian Sosial dalam Masyarakat

Terdapat dua sifat pengendalian sosial, yaitu pengendalian preventif dan represif. Pengendalian sosial preventif dilakukan untuk mencegah agar pelanggaran tidak terjadi atau dilakukan sebelum pelanggaran terjadi.

Pengendalian represif merupakan pengendalian yang dilakukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadinya pelanggaran.

Penggunaan cara pengendalian sosial juga akan bergantung pada pihak yang memberikannya. Ada banyak cara pengendalian sosial yang dilakukan berdasarkan ahli.

Berikut merupakan cara pengendalian sosial yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Pengendalian Sosial Persuasif dan Koersif

Cara persuasif dilakukan dengan pendekatan yang berupa bimbingan atau ajakan agar orang bisa berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada.

Pengendalian ini bisa dilakukan secara lisan maupun simbolis. Orang yang melakukan bimbingan berbicara secara langsung dengan anggota masyarakat secara baik-baik.

Pengendalian sosial yang dilakukan secara simbolis dapat dilakukan menggunakan tulisan, iklan layanan masyarakat, atau poster.

Sementara itu, cara koersif dilakukan dengan pendekatan kekerasan atau ancaman yang mengandalkan kekuatan fisik.

Hal tersebut bertujuan agar pelaku tidak berani mengulangi perbuatan yang salah. Pengendalian sosial koersif dilakukan sebagai bentuk upaya terakhir jika semua upaya pencegahan yang dilakukan tidak berhasil.

2. Pengendalian Sosial Melalui Institusi dan Noninstitusi

Cara pengendalian yang dilakukan melalui institusi dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada, misalnya lembaga keluarga, pendidikan agama, politik, dan lembaga lainnya.

Cara pengendalian yang dilakukan melalui noninstitusi merupakan cara pengendalian yang dilakukan di luar institusi. Misalnya, dilakukan oleh individu yang saling tidak mengenal.

3. Pengendalian Sosial dengan Cara Pemberian Imbalan dan Hukuman

Cara pengendalian sosial yang dilakukan dengan pemberian imbalan hadir sebagai bentuk preventif. Seseorang akan memperoleh imbalan jika bisa berperilaku sesuai dengan norma di masyarakat.

Cara pengendalian menggunakan hukuman biasanya bersifat represif. Cara ini dilakukan untuk membuat pelanggar menjadi jera.

Baca juga : Dampak Gejala Sosial

Fungsi Pengendalian Sosial

Kehadiran pengendalian sosial memiliki fungsi yang sangat penting agar kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat dapat diwujudkan.

Berikut merupakan fungsi-fungsi pengendalian sosial, yaitu:

1. Menumbuhkan Rasa Malu

Setiap orang pasti memiliki rasa malu yang ada di dalam diri, terutama jika berkaitan dengan harga diri. Hukuman sosial yang didapatkan individu dari hasil melanggar sebuah aturan akan membuat individu tersebut merasa malu dan menyesal.

2. Menjaga Ketertiban dalam Masyarakat

Setiap masyarakat memiliki nilai dan norma yang berlaku. Nilai dan norma tersebut digunakan sebagai suatu panduan untuk bertingkah laku dalam masyarakat.

Umumnya, terdapat hukuman atau konsekuensi yang akan didapatkan jika melanggar nilai dan norma tersebut. Adanya hukuman akan membuat orang takut dan mengikuti aturan yang ada di lingkungan.

3. Meyakinkan Masyarakat untuk Mengikuti Norma yang Berlaku

Sebuah kontrol sosial yang dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan dan membentuk keyakinan masyarakat.

Masyarakat akan memiliki pikiran bahwa peraturan yang diciptakan adalah untuk kebaikan dirinya dan lingkungan.

4. Memberikan Imbalan

Berhubungan dengan harga diri yang dimiliki setiap orang, jika individu selalu taat dan mengikuti norma yang berlaku dengan baik maka akan memperoleh imbalan.

Imbalan yang diperoleh bisa langsung atau tidak langsung. Misalnya, ketika ada seseorang yang taat maka proses pengurusan berkas-berkas dengan pejabat masyarakat akan berlangsung lebih lancar.

5. Membuat Sistem Hukum

Sistem hukum juga merupakan implementasi dari kontrol sosial. Kontrol sosial merupakan sistem hukum yang dibuat secara resmi yang di dalamnya memuat sanksi atau hukuman untuk masyarakat yang tidak bisa menaati peraturan.

Baca juga : 32 Contoh Status Sosial (Ekonomi, Politik, Keluarga dan Sekolah)

Contoh Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial dilakukan oleh banyak pihak, bahkan keluarga sendiri. Hal tersebut dilakukan agar individu tidak terjerumus pada hal yang menyimpang. Beberapa contoh pengendalian sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

  1. Orang tua yang mendidik anaknya sambil menumbuhkan kesadaran pada anak. Anak dididik untuk bisa menyesuaikan diri dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat dan mencegah anak melakukan pelanggaran terhadap norma.
  2. Keberadaan rambu-rambu lalu lintas di sepanjang jalan yang dibuat untuk keselamatan masyarakat.
  3. Pemberian nasihat oleh guru bimbingan konseling sebagai upaya pengendalian sosial secara preventif. Guru mengedukasi setiap siswa untuk menjauhi penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang yang bisa menghancurkan masa depan.
  4. Guru yang mengajarkan agama, budi pekerti, serta tata krama di dalam kelas. Hal tersebut bisa diselipkan saat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.
  5. Aturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang yang melarang seseorang melakukan kejahatan yang dapat membahayakan orang lain dan lingkungan. Apabila hal tersebut terjadi maka individu akan memperoleh hukuman.
  6. Ajaran agama yang dilakukan oleh tokoh agama mengenai pentingnya mematuhi setiap perintah Tuhan dan belajar mengendalikan diri dari perilaku menyimpang.
  7. Pembinaan atau terapi yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk narapidana atau korban. Hal tersebut lebih dikenal sebagai rehabilitasi. Keberadaan rehabilitasi memiliki manfaat agar orang yang bersangkutan bisa hidup sehat.

Baca juga : 5 Syarat Interaksi Sosial di Masyarakat

Ciri-Ciri Pengendalian Sosial

Bentuk pengendalian sosial yang terjadi dalam masyarakat memiliki banyak bentuk. Misalnya melalui pendidikan, agama, teguran, gosip, sanksi, intimidasi, dan ostrasisme.

Semua bentuk tersebut dilakukan sebagai bentuk pencegahan terjadinya suatu penyimpangan sosial atau bahkan sebagai hukuman.

Salah satu bentuk pengendalian sosial yang banyak dijumpai adalah gosip. Gosip dilakukan untuk membicarakan kesalahan yang dilakukan dengan tujuan orang yang dibicarakan merasa malu.

Keberadaan pengendalian sosial dalam masyarakat dapat dilihat dengan mengetahui karakteristiknya. Berikut merupakan ciri-ciri pengendalian sosial, yaitu:

  1. Ada metode atau cara yang digunakan untuk membuat individu atau masyarakat tertib.
  2. Kontrol sosial dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan sebuah stabilitas terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.
  3. Pengendalian sosial dilakukan oleh banyak pihak, walaupun dalam beberapa kejadian pihak yang melakukan tidak menyadari telah melakukan pengendalian sosial.
  4. Kontrol sosial dari individu ke individu lainnya atau dari kelompok ke individu dan kelompok lain.

Individu pasti membutuhkan sebuah interaksi dalam kehidupannya sehari-hari. Namun, apabila individu tidak mampu berinteraksi secara baik dan memiliki hasrat buruk dalam dirinya bisa menimbulkan sebuah perilaku menyimpang.

Perilaku menyimpang ini perlu dihindari agar tidak melanggar norma dan nilai yang ada.

Bagikan:

Sandi Ma'ruf

Tertarik dengan dunia keuangan. Sebagai kontributor di AKL. Lulusan Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung.

Leave a Comment