LIFO : Pengertian, Contoh, Kelebihan dan Kekurangan

Sandi Ma'ruf

LIFO atau kependekan dari Last In First Out merupakan metode perhitungan pencatatan persediaan yang terjual, dengan mengeluarkan terlebih dahulu barang/persediaan yang masuk terakhir.

Dengan metode LIFO, perusahaan bisa mendapatkan harga beli dan jual yang stabil. Meski pada jenis produk tertentu ada kekurangan seperti tidak bisa maksimal dalam mengambil keuntungan.

Nah supaya lebih jelas tentang pengertian LIFO, contoh pencatatan, kelebihan dan kekurangannya, simak penjelasan LIFO berikut ini.

Pengertian LIFO

LIFO adalah metode perhitungan biaya persediaan yang mencatat persediaan produk yang baru dibeli namun di jual lebih dulu. Menggunakan metode LIFO bisa memperbesar peluang  keuntungan dari naiknya harga produk, karena pajak yang cenderung rendah.

Metode LIFO hanya diterapkan di negara yang menganut prinsip Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) seperti USA. Bukan pada negara yang menerapkan prinsip International Financial Reporting Standards (IFRS) seperti Uni Eropa, Kanada dan Jepang.

Baca juga : Pengertian Metode FIFO

Perbedaan LIFO dan FIFO

Aturan Keluar Masuk Persediaan

  • FIFO mencatat persediaan barang masuk pertama keluar pertama.
  • LIFO mencatat persediaan barang masuk terakhir keluar pertama.

Pajak

  • FIFO dikenakan pajak tinggi, saat harga terkini jauh lebih tinggi dibandingkan HPP persediaan awal.
  • LIFO dikenakan pajak rendah, karena menjual barang dengan harga terkini yang tidak jauh berbeda dengan HPP persediaan akhir.

Dampak Inflasi

  • FIFO akan terkena dampak inflasi sangat besar, pasalnya biaya HPP awal dengan biaya setelah inflasi akan jauh berbeda.
  • LIFO tidak terlalu terkena dampak, karena HPP baru tidak terjadi perbedaan harga yang signifikan.

Proses Akuntansi LIFO

Pencatatan persediaan yang dimaksud adalah pencatatan biayanya saja, karena pada praktiknya persediaan barang yang dikeluarkan mungkin adalah barang yang lama.

Jadi tujuan perusahaan menerapkan LIFO adalah untuk mengantisipasi biaya atau harga bahan baku produk yang sering berubah setiap periode. Jadi HPP dan harga jual cenderung lebih stabil dibandingkan metode pencatatan persediaan lain.

Baca juga : Kelebihan Kekurangan Franchise

Jenis Perusahaan Yang Menggunakan LIFO

Jenis perusahaan yang menggunakan LIFO adalah perusahaan yang umumnya tidak terdapat masa kadaluarsa, atau barang-barang yang tidak punya masa habis pakai. Misalnya perusahaan showroom mobil/motor, perusahaan grosir, perlengkapan rumah, perlengkapan kantor dan usaha sejenisnya.

Kelebihan LIFO

Tidak Terpengaruh Inflasi

Perusahaan yang menerapkan metode LIFO cenderung lebih aman ketika terjadi inflasi. Alasan logisnya, HPP produk saat ini yang tidak jauh berbeda dengan harga setelah inflasi.

Perusahaan mungkin akan menaikkan harga jual, sesuai dengan kenaikan harga bahan baku / persediaan terbaru. Namun selisihnya tidak sejauh jika dibandingkan metode FIFO. 

Pajak Rendah

Pajak penghasilan wajib ditanggung oleh setiap badan usaha, sehingga semakin besar pendapatan perusahaan tentu memiliki jumlah pajak yang besar pula. 

Namun yang jadi fokus disini adalah apabila nilai pendapatan sudah mendekati laba bersih, tentu tidak akan mendapatkan nilai pajak yang berarti.

Sedangkan pada metode FIFO pajak bisa sangat besar, karena perbedaan HPP dan harga jual yang signifikan. 

Laba Kotor Sesuai

Laba kotor merupakan pendapatan – HPP, belum termasuk pajak, biaya gaji dsb. Laba kotor pada pencatatan LIFO.

Baca juga : Contoh Metode FIFO, LIFO & Average 

Contoh Metode LIFO

  • Bulan Mei, Perusahaan Mobilindo membeli 1 paket kampas rem seharga Rp 150.000.
  • Bulan Juni, kembali membeli 1 paket kampas rem seharga Rp 170.000.
  • Bulan Juni akhir, terdapat penjualan 1 unit paket kampas rem, maka perusahaan mencatat harga pokok penjualan barang senilai Rp 170.000.

Rumus Perhitungan Persediaan LIFO

DIbawah ini ilustrasi perhitungan persediaan produk gelas pada perusahaan perabotan dapur.

Ketika Harga Naik

BulanJumlah GelasHarga per UnitTotal
Januari10010.0001.000.000
Februari10010.5001.050.000
Maret10011.0001.100.000
April10011.5001.150.000

Kemudian terjadi penjualan di Bulan Mei sebanyak 250 gelas untuk keperluan katering. Maka HPP diketahui sebesar Rp 2.775.000, diperoleh dari :

  • April, 100 @11.500 = 1.150.000
  • Maret 100 @11.000 = 1.100.000
  • Februari 50 @10.500 = 525.000

Ketika Harga Turun

BulanJumlah GelasHarga per UnitTotal
Januari10010.0001.000.000
Februari1009.500950.000
Maret1009.000900.000
April1008.500850.000

Kemudian terjadi penjualan di Bulan Mei sebanyak 250 gelas untuk keperluan katering. Maka HPP diketahui sebesar Rp 2.775.000, diperoleh dari :

  • April, 100 @8.500 = 850.000
  • Maret 100 @9.000 = 900.000
  • Februari 50 @9.500 = 950.000

Bagikan:

Sandi Ma'ruf

Tertarik dengan dunia keuangan. Sebagai kontributor di AKL. Lulusan Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung.

Leave a Comment