14 Contoh Biaya Tetap dan Biaya Variabel Dalam Bisnis

Sandi Ma'ruf

Dalam perencanaan keuangan perusahaan, perlu memahami contoh biaya tetap dan biaya variabel dengan baik. Karena mereka mempengaruhi profitabilitas perusahaan dan keputusan bisnis yang diambil. 

Biaya tetap harus dibayar terlepas dari tingkat produksi atau penjualan perusahaan. Sedangkan biaya variabel meningkat seiring dengan peningkatan produksi atau penjualan perusahaan.

Lihat kedua contoh biaya tersebut beserta penjelasan dibawah ini.

Contoh Biaya Tetap

Biaya tetap adalah jenis biaya dalam bisnis yang tidak berubah dalam jangka waktu tertentu, terlepas dari tingkat penjualan atau produksi. 

Dalam rencana bisnis, biaya tetap adalah biaya yang harus dibayarkan tanpa mempertimbangkan jumlah produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Contoh biaya tetap dalam bisnis dapat mencakup biaya sewa gedung, biaya gaji karyawan, biaya listrik, biaya asuransi, dan biaya peralatan kantor. 

Biaya tetap tidak berubah, kecuali jika perusahaan mengubah jumlah aset atau memutuskan untuk berhenti beroperasi.

Berikut contoh biaya tetap lebih lengkap:

1. Biaya Sewa Gedung

Biaya sewa gedung adalah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan untuk menggunakan ruangan atau gedung sebagai tempat operasional bisnis. 

Biaya sewa gedung dapat menjadi salah satu biaya terbesar dalam operasional bisnis, terutama jika perusahaan berada di lokasi yang strategis atau berada di kota besar.

Biaya sewa gedung dianggap sebagai biaya tetap karena biaya ini tidak berubah dalam jangka waktu tertentu, terlepas dari tingkat penjualan atau produksi. 

Biaya sewa gedung harus dibayar setiap bulan, bahkan jika perusahaan tidak menghasilkan penjualan atau produksi.

2. Biaya Gaji Karyawan

Biaya gaji karyawan adalah biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan sebagai imbalan atas jasa atau pekerjaan yang telah dilakukan. 

Biaya gaji karyawan dapat mencakup gaji pokok, tunjangan, bonus, dan manfaat karyawan seperti asuransi kesehatan atau pensiun.

Biaya gaji karyawan dianggap sebagai biaya tetap karena jumlah gaji karyawan yang harus dibayarkan setiap bulan biasanya telah ditentukan sebelumnya dalam kontrak kerja atau perjanjian kerja antara perusahaan dan karyawan. 

Meskipun jumlah gaji karyawan dapat berubah dari waktu ke waktu, seperti saat karyawan menerima kenaikan gaji atau bonus.

Biaya gaji karyawan tetap dianggap sebagai biaya tetap dalam rencana bisnis karena perubahan ini cenderung terjadi dalam jangka waktu yang lama dan diantisipasi sebelumnya. 

3. Biaya Pajak Properti

Biaya pajak properti atau pajak sewa adalah biaya yang harus dibayarkan oleh pemilik properti atau penyewa properti kepada pemerintah setiap tahun, sebagai pajak atas kepemilikan atau penggunaan properti. 

Pajak ini biasanya dihitung berdasarkan nilai properti atau nilai sewa properti.

Biaya pajak properti atau pajak sewa dianggap sebagai biaya tetap dalam bisnis karena jumlah pajak yang harus dibayar biasanya tidak berubah selama jangka waktu tertentu. 

Meskipun nilai properti atau sewa mungkin berubah dari waktu ke waktu, besarnya pajak yang harus dibayar biasanya tidak langsung berubah dan ditetapkan oleh pemerintah setiap tahun. 

Oleh karena itu, biaya pajak properti atau pajak sewa cenderung stabil dan dapat diprediksi pada tingkat tertentu.

4. Biaya Asuransi 

Biaya asuransi adalah biaya yang dibayarkan oleh perusahaan atau individu untuk mendapatkan perlindungan dari risiko tertentu yang terkait dengan bisnis atau kehidupan sehari-hari. 

Biaya ini bisa berupa premi asuransi untuk asuransi jiwa, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kesehatan, asuransi properti, atau asuransi bisnis.

Baca juga: Perbedaan Biaya dan Beban dalam Akuntansi

Contoh Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan volume produksi atau aktivitas bisnis. 

Artinya, semakin banyak produk atau layanan yang diproduksi atau dijual, semakin besar biaya variabelnya.

Berikut contoh biaya variabel yang sering muncul dalam bisins:

1. Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya untuk membeli bahan mentah yang digunakan dalam produksi. Bahan baku menjadi salah satu komponen penting dalam biaya produksi

Jumlah biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk, misalnya makanan roti dapat dihitung, dengan mengalikan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk satu pcs roti dengan harga satuan bahan baku. 

Misalnya, jika biaya bahan baku untuk memproduksi satu unit produk adalah Rp 1.000 dan produk tersebut diproduksi sebanyak 1.000 unit, maka total biaya bahan baku akan menjadi Rp 1.000.000.

Karena biaya bahan baku tergantung pada volume produksi, pengelola bisnis harus memperhatikan tingkat persediaan bahan baku.

Serta mengendalikan pengeluaran untuk bahan baku agar dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan memaksimalkan profitabilitas bisnis.

2. Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya untuk membayar gaji dan tunjangan bagi tenaga kerja yang langsung terlibat dalam produksi.

Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari gaji dan tunjangan bagi tenaga kerja yang langsung terlibat dalam produksi suatu produk atau jasa. 

Contohnya, biaya tenaga kerja langsung untuk memproduksi sejumlah unit sepatu akan meliputi gaji dan tunjangan bagi pekerja yang terlibat dalam mengukur, memotong, menjahit, dan memasang bagian-bagian sepatu. 

Jika jumlah produksi sepatu ditingkatkan, maka akan dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja langsung juga akan meningkat seiring dengan kenaikan volume produksi.

3. Biaya Pengiriman

Biaya pengiriman barang meliputi biaya pengemasan, biaya pengiriman, dan biaya lainnya yang terkait dengan pengiriman produk ke pelanggan. 

Besarnya biaya pengiriman barang biasanya tergantung pada jarak dan lokasi pengiriman, berat dan dimensi produk, dan jenis layanan pengiriman yang digunakan.

Sebagai biaya variabel, biaya pengiriman barang dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produk yang dikirimkan, dengan biaya pengiriman per unit atau dengan menggunakan perhitungan lain yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. 

4. Biaya Listrik

Semakin banyak mesin produksi atau peralatan yang dioperasikan, semakin banyak listrik yang digunakan, dan semakin besar biaya listriknya. 

Oleh karena itu, biaya listrik dapat dikendalikan dengan memantau volume produksi atau aktivitas bisnis dan menyesuaikan penggunaan listrik yang dibutuhkan.

Selain itu, biaya listrik tidak bersifat tetap atau konstan dari bulan ke bulan. Biaya listrik bisa berubah tergantung pada berbagai faktor seperti perubahan tarif listrik, atau perubahan cuaca yang mempengaruhi tingkat penggunaan listrik. 

Karena biaya listrik tergantung pada volume produksi atau aktivitas bisnis dan bersifat tidak tetap, maka biaya listrik dianggap sebagai biaya variabel.

Baca juga: Akuntansi Biaya

5. Biaya Komisi

Biaya komisi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar komisi kepada sales atau agen penjualan yang telah berhasil menjual produk. 

Semakin banyak produk yang terjual, semakin besar pula nilai penjualan, dan semakin besar pula biaya komisi yang dikeluarkan.

Contoh, jika suatu perusahaan memberikan komisi sebesar 5% dari nilai penjualan, maka biaya komisi yang dikeluarkan akan meningkat seiring dengan peningkatan volume penjualan. 

Jika nilai penjualan bulanan sebesar Rp 100 juta, maka biaya komisi yang dikeluarkan akan sebesar Rp 5 juta. 

Namun, jika nilai penjualan bulanan meningkat menjadi Rp 200 juta, maka biaya komisi yang dikeluarkan juga akan meningkat menjadi Rp 10 juta.

6. Biaya Iklan

Biaya iklan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengiklankan produk atau layanan agar dapat dikenal oleh pelanggan potensial. 

Biaya iklan dapat mencakup berbagai jenis media, seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, media sosial, dan sebagainya.

Selain itu, biaya iklan juga dapat disesuaikan dengan target pasar yang dituju. Sebagai contoh, jika target pasar berada di wilayah tertentu, maka biaya iklan dapat disesuaikan untuk mencakup media-media lokal di wilayah tersebut.

Jika target pasar adalah usia muda, maka biaya iklan dapat disesuaikan dengan media-media yang biasa digunakan oleh mereka.

Hal ini membuat biaya iklan sangat bergantung pada volume produksi atau aktivitas bisnis dan karakteristik target pasar, sehingga dianggap sebagai biaya variabel.

7. Biaya Pengemasan

Biaya packaging adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi kemasan atau wadah yang digunakan untuk menyimpan atau mengemas produk.

Namun, biaya packaging juga dapat dianggap sebagai biaya semi-variabel, karena beberapa biaya seperti biaya mesin dan peralatan, bisa dianggap sebagai biaya tetap karena tidak berubah walaupun volume produksi berubah. 

Sementara biaya bahan baku dan tenaga kerja untuk mengemas produk, dianggap sebagai biaya variabel karena tergantung pada volume produksi.

8. Biaya Transportasi

Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut barang atau bahan dari satu tempat ke tempat lain. 

Biaya transportasi meliputi biaya bahan bakar, biaya perawatan kendaraan, biaya perbaikan kendaraan, dan biaya pengemudi. 

Biaya transportasi dapat mempengaruhi profitabilitas bisnis karena biaya tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan harga jual produk.

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan memproduksi 100 unit produk dan mengeluarkan biaya transportasi sebesar $1000, maka biaya transportasi per unitnya adalah $10. 

Jika produksi meningkat menjadi 200 unit produk, maka biaya transportasi yang dikeluarkan akan meningkat menjadi $2000 dan biaya transportasi per unitnya akan menjadi $10 juga.

Oleh karena itu, biaya transportasi dianggap sebagai biaya variabel karena biayanya berkaitan langsung dengan volume produksi atau aktivitas bisnis.

9. Biaya Perawatan

Biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara mesin-mesin produksi atau fasilitas produksi agar dapat beroperasi dengan baik. 

Biaya ini mencakup biaya perbaikan, pemeliharaan, dan penggantian komponen mesin atau fasilitas produksi yang rusak atau aus. 

Tujuannya adalah untuk menjaga agar mesin atau fasilitas produksi tetap berfungsi dengan baik, menghindari kerusakan yang lebih serius, dan memperpanjang umur pakai mesin atau fasilitas produksi tersebut.

10. Biaya Asuransi Bisnis

Biaya asuransi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengasuransikan risiko tertentu yang terkait dengan operasi bisnis. 

Misalnya, bisnis mungkin membayar premi asuransi untuk melindungi properti atau kendaraan perusahaan, atau untuk melindungi bisnis dari tuntutan hukum atau kerugian keuangan lainnya. 

Biaya asuransi biasanya dihitung sebagai persentase dari nilai aset yang diasuransikan atau sebagai premi tahunan.

Biaya asuransi dianggap sebagai biaya variabel karena biaya tersebut berkaitan langsung dengan volume produksi atau aktivitas bisnis. 

Misalnya, semakin banyak produk yang diproduksi atau semakin banyak kendaraan perusahaan yang digunakan, semakin besar risiko yang dihadapi bisnis dan semakin besar biaya premi asuransi yang harus dibayar. 

Dengan demikian, biaya asuransi akan berubah seiring dengan perubahan volume produksi atau aktivitas bisnis, sehingga termasuk dalam kategori biaya variabel.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua jenis asuransi dianggap sebagai biaya variabel.

Misalnya, biaya asuransi kesehatan atau asuransi jiwa yang diberikan kepada karyawan biasanya dianggap sebagai biaya tetap, karena biasanya tidak berkaitan dengan volume produksi atau aktivitas bisnis.

Manfaat Mengetahui Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Menghitung dan mengetahui biaya variabel dan biaya tetap memiliki manfaat yang sangat penting dalam pengelolaan bisnis, antara lain:

  1. Membantu dalam pengambilan keputusan

Dengan mengetahui biaya variabel dan biaya tetap, bisnis dapat membuat perhitungan yang lebih akurat dalam menentukan harga jual produk atau layanan, menentukan tingkat produksi yang optimal, dan membuat keputusan investasi yang lebih baik.

  1. Meningkatkan efisiensi

Dengan mengetahui biaya variabel dan biaya tetap, bisnis dapat mengidentifikasi biaya-biaya yang tidak efisien atau berlebihan, dan melakukan perubahan pada proses produksi atau operasi bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.

  1. Memungkinkan untuk melakukan analisis break-even

Dengan mengetahui biaya variabel dan biaya tetap, bisnis dapat melakukan analisis break-even, yaitu menghitung jumlah produk atau layanan yang harus dijual untuk mencapai titik impas atau break-even point, di mana biaya total sama dengan pendapatan total.

  1. Membantu dalam perencanaan anggaran

Dengan mengetahui biaya variabel dan biaya tetap, bisnis dapat membuat perencanaan anggaran yang lebih akurat, serta memprediksi biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam waktu yang akan datang.

  1. Meningkatkan profitabilitas

Dengan mengoptimalkan penggunaan biaya variabel dan biaya tetap, bisnis dapat meningkatkan profitabilitasnya dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Bagikan:

Sandi Ma'ruf

Tertarik dengan dunia keuangan. Sebagai kontributor di AKL. Lulusan Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung.

Leave a Comment